Monday, March 12, 2018

Memelihara Keriting: Theoresia dan Saudari-saudarinya









Theoresia Rumthe memulai sebuah gerakan kecil bernama “Memelihara Keriting” pada Februari 2017 lalu. “Memelihara Keriting,” menurut Theoresia, “adalah ‘catatan harian’ dari dan tentang perempuan-perempuan yang berambut keriting.” Tergerak oleh pengalaman pribadinya sebagai perempuan yang juga memiliki rambut keriting, ia mewawancarai dan mengumpulkan cerita-cerita yang semuanya berisi pengalaman perempuan-perempuan dengan rambut keriting mereka. Versi singkat dari cerita-cerita tersebut bisa dibaca di akun instagram @memeliharakeriting. Terdapat lebih dari empat puluh cerita yang sudah diterbitkan di sana.

Ada kisah-kisah yang ‘lucu’ (karena keriting cenderung dijadikan bahan lelucon), tetapi ada pula yang dramatis (karena perempuan-perempuan berambut keriting harus teralienasi dari dirinya). Bila semua cerita itu dicermati, maka akan terlihat satu pola yang sama. Semua perempuan yang diwawancarai pernah mengalami perlakuan yang kurang lebih sama dan melewati ‘pengalaman-pengalaman tipikal perempuan berambut keriting’.

Pengalaman tipikal itu adalah mereka, berkenaan dengan rambut keritingnya, pernah merasa tidak percaya diri atau merasa tidak cantik. Mereka semua, paling kurang, pernah berpikir untuk ‘meluruskan’ rambutnya. Entah secara halus atau kasar, mereka pernah diejek karena berambut keriting. Ada dari mereka yang sampai dikata-katai mempunyai rambut mirip orang gila.

Dari cerita-cerita mereka tampak jelas bahwa rambut tidak hanya sesuatu yang personal karena berkaitan langsung secara biologis dengan tubuh mereka, tetapi juga sesuatu yang publik karena mereka hadir dan terlihat oleh semua mata. Dengan menceritakan pengalaman sesehari mereka dengan rambut keriting mereka, Theoresia dan ‘saudari-saudarinya’ memasuki pergulatan perempuan di mana-mana, yakni menantang ide-ide kultural yang mendasari pemahaman masyarakat tentang tubuh perempuan dan struktur sosial yang melaluinya semua itu dilanggengkan.

Theoresia menginisiasi ‘gerakan kecil’ ini, karena ada masa-masa di mana perempuan, termasuk dirinya, benar-benar percaya bahwa rambut keriting adalah “penyakit” sehingga harus disembuhkan atau “kesalahan” yang harus diluruskan. Ada masa-masa di mana mereka, dengan sangat halus, berhasil diyakinkan untuk percaya bahwa tubuh mereka, rambut keriting mereka adalah “lawan” yang harus ditundukkan atau bahwa keriting adalah ‘keliaran’ yang harus dijinakkan.

foto oleh Meicy Sitorus

“Memelihara Keriting” memang terinspirasi dari pengalaman tipikal itu. Dalam tulisannya, Theoresia bercerita tentang bagaimana ia dulu pernah begitu tidak menyukai rambut keritingnya. Pada waktu duduk di bangku SMP, ia pernah mencoret-coret foto dirinya yang tertempel di buku laporan pendidikan. Bagian rambut keritingnya itu ia coba ‘lukis ulang’ menggunakan spidol, supaya dalam foto itu ia tampak seperti memiliki rambut yang lurus.

Semua itu mengingatkan kita kepada penyingkapan Foucault juga Bourdieu perihal kuasa dan bagaimana kekuasaan itu ditegakkan, bukan secara sederhana dalam wujud represif satu arah oleh kelompok dominan (misalnya: dalam kasus ini, laki-laki melalui partriaki terhadap perempuan), tetapi kekuasaan itu dilangsungkan secara (re)produktif, di mana-mana, dalam wacana dan norma yang menjadi bagian dari praktik, kebiasaan, dan interaksi manusia yang begitu sehari-hari.

Theoresia dan ‘saudari-saudarinya’ diproses secara kultural untuk mengetahui dan percaya pada sebuah ‘kebenaran’ yang mengganggu mereka, bahwa rambut tidak lurus itu jelek, dan dari situ mereka diajari untuk menginginkan rambut lurus. Bila tubuh perempuan diandaikan sebagai teks kultural, maka ada banyak perempuan dan laki-laki yang masih terus membaca rambut keriting sebagai ‘bukan cantik’ atau ‘tidak lebih cantik’ daripada rambut lurus. Hal yang sama terjadi ketika mereka membaca bentuk tubuh, warna kulit, dan seterusnya. Serentak dengan itu, mereka terseret dalam pusaran besar eksploitasi-eksploitasi manis yang dikerjakan oleh pasar, karena kecantikan--tak dapat disangkali--adalah salah satu komoditas paling laris manis di mana perempuan dan tubuhnya adalah pasar dan komoditas sekaligus.

Dalam kondisi demikian, “Memelihara Keriting” sebagai praktik sesehari (keramas, menyisir, menggerai rambut keriting) adalah suara nonverbal yang pelan-pelan mengeja ‘keriting’ sebagai ‘cantik.’ Perempuan-perempuan berambut keriting sedang mendefinisikan kepada diri mereka sendiri, “Apa itu cantik?” dan definisi yang berusaha mereka ciptakan itu hadir di dalam pertarungan kekuasaan. “Memelihara Keriting” adalah pelantang suara perempuan-perempuan berambut keriting dalam sengketa kultural atas tubuh mereka.

Sebagai perbuatan sesehari, “Memelihara Keriting” menunjukkan bagaimana perempuan-perempuan berambut keriting itu menolak menjadi “docile body.” Rambut keriting yang terus mereka rawat adalah keliaran-keliaran yang menolak untuk dijinakkan ‘rezim kecantikan konvensional.’ Gerakan kecil ini mengajak perempuan-perempuan dan publik luas untuk memahami bahwa rambut keriting mereka, bahkan tubuh mereka seutuhnya, adalah teks kultural yang jalinan maknanya diproses secara historis dalam relasi-relasi kekuasaan yang terjadi di berbagai ruang sosial.

Bagi Theoresia, ada beragam definisi kecantikan di dalam masing-masing budaya. Tetapi dominasi standar kecantikan budaya tertentu, yakni kecantikan konvensional, misalnya: cantik adalah berambut lurus, yang berkelindan dengan gempuran pasar, dan untuk waktu yang lama telah berhasil membuat perempuan-perempuan berambut keriting mengalami beragam peristiwa yang tidak menyenangkan, baik di dalam dirinya sendiri maupun di lingkungan sosialnya. Dalam kondisi demikian, menurutnya, “Memelihara keriting adalah perlawanan. Perlawanan terhadap stereotipe masyarakat luas, penyeragaman definisi kecantikan, dan nilai diri palsu yang dengannya perempuan dikuasai dan diasingkan dari dirinya sendiri sendiri.

-
Ditulis oleh Weslly Johannes, tulisan ini diterbitkan juga di sini



No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...