Thursday, December 27, 2012

Home #2: arti nama





Persoalan pemilihan nama selalu menarik bagi saya. Dari kecil saya memang puya ketertarikan tersendiri kepada nama-nama orang di sekitar saya. Shakespeare boleh mengatakan bahwa apalah arti sebuah nama. Dan saya tidak setuju dengan pernyataan ini. Karena bagi saya nama selalu punya artinya sendiri. Nama adalah doa.

Nama akan mengantarkanmu menjadi seperti apa dirimu. Saya akan menceritakan kepadamu arti nama saya.

Theoresia Laratwaty Rumthe.

“Rumthe” adalah nama keluarga kami. Karena kami berasal dari Kei, Maluku Tenggara. Sedangkan “Theoresia” terbagi atas dua “Theo” artinya Tuhan berasal dari bahasa Ibrani, juga berasal dari kata “Theo Logia” karena Ayah dan Ibu adalah Sarjana Theologia. “Resia” berasal dari “Grace” atau “Gracia” yang artinya Anugrah. Maka jika diartikan Theoresia artinya Anugrah Tuhan.

“Laratwaty” berasal dari kata “Larat” dan “Waty.”

“Larat” adalah sebuah pulau yang terletak di Maluku Tenggara. Larat artinya cahaya. Sedangkan “Waty” diberikan untuk aksen karena saya adalah anak perempuan. Maka jika ati dari “Laratwaty” adalah perempuan yang bercahaya.

Laratwaty juga tentang bunga Anggrek yang hanya bertumbuh di Larat, begitu juga penjelasan dari Ibu.

Maka sampai di sini, arti Theoresia Laratwaty adalah perempuan yang bercahaya yang hidup hanya karena anugrah Tuhan.

J

Sejauh ini, hidup saya memang selalu penuh dengan anugrah Tuhan. Dan semoga saya selalu bisa menjadi cahaya bagi setiap orang.

Menyenangkan sekali menuliskan arti nama bukan? Lalu apa arti nama kamu?

Home #1





Ketika pulang kali ini, saya memang hanya bermaksud untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Terakhir kali Natal bersama Ayah dan Ibu itu sekitar tahun 2005 yang lalu.

Ambon ketika Natal selalu penuh dengan kejutan. Bukan baju baru atau sesuatu yang baru, tetapi ketika bergereja bersama-sama dengan orang-orang yang kita sayangi di malam Natal. 

Bisa jadi itu adalah impian setiap orang.

Dan tinggal di rumah selama beberapa Minggu membuatmu beradaptasi dengan banyak hal. Kawasan rumah keluarga saya adalah di daerah Farmasi bagian atas, di dekat stasiun transmisi Metro TV. Jika saya menggambarkannya, rumah keluarga kami terletak di bagian gunung dan jika duduk-duduk di teras rumah kita bisa melihat pemandangan kota dan laut di bawah sana.

Belum ada angkutan umum yang sampai ke rumah kami. Jadi jika hendak turun ke kota, kita harus menggunakan ojek. Dan dilanjutkan dengan angkutan umum di daerah Kudamati.

Segala sesuatunya begitu sederhana dan menyenangkan. Sampai di satu titik, saya lupa bahwa saya adalah penulis yang manja. Saya tidak bisa menulis dalam keadaan yang ribut. Segala sesuatunya harus tenang. Sunyi. Tidak ada suara televisi, hingga suara orang-orang berbicara.

Dalam hal inilah maka saya belajar banyak. Tetangga yang tinggal persis di samping rumah kami memiliki kebiasaan memutar musik kencang-kencang (oh, ini kebiasaan orang Ambon pada umumnya, btw) dan tidak hanya itu, beberapa hari terakhir ini banyak anak-anak muda yang suka datang ke rumahnya dan berbicara dengan suara keras-keras. Dengan bunyi motor yang keras juga.

.___.

Menyebalkan!

Pekerjaan rumah penting bagi saya adalah: mencari waktu terbaik saya untuk menulis. Dalam hal ini saya harus cerdas. Bukan pekerjaan mudah tentu saja. 

Desert Flower






Adalah sebuah film tentang perempuan Somalia bernama Waris Dirie yang berhasil keluar dari Tanah Somalia dan merantau ke Inggris demi meninggalkan keluarganya yang masih terkungkung dengan adat istiadat yang mengharuskan setiap anak perempuan disunat.

Waris sendiri disunat ketika berumur tiga tahun. Dan film ini kemudian dibuat sebagai semangat perjuangan seorang perempuan untuk melakukan aksi protes bahwa persunatan secara “paksa” yang dilakukan kepada seorang anak perempuan adalah kejahatan.

Saya tidak akan menceritakan detail film ini. Saya hanya akan membahas sudut pandang saya terhadap sebuah film. Bagi saya yang paling menginspirasi bagi saya dalam film ini adalah persahabatan antara Waris dan Marilyn.

Diceritakan bahwa Marilyn adalah seorang penjaga toko yang ditemukan Waris pertama kali ketika ia kabur dari rumah pejabat tinggi Somalia. Dan akhirnya karena berkenalan secara “paksa” maka Marilyn mengijinkan Waris untuk tinggal di apartemennya.

Marilyn yang memberikan alamat perusahaan fastfood, tempat Waris akhirnya bekerja dan akhirnya mempertemukan Waris dengan seorang fotografer fashion terkenal di seantero Inggris ketika itu.

Kepada Marilyn, Waris juga pertama kali berbicara jujur tentang kondisi dirinya yang disunat.
Betul bahwa film ini adalah tentang perjuangan. Tetapi bagi saya film ini adalah tentang persahabatan dua orang perempuan. Bahwa dunia ini butuh persahabatan yang tulus dan murni. Keberhasilan seseorang juga membutuhkan hati yang besar dari sahabatnya.  

Dalam hal ini yang akan saya sorot adalah Marilyn. Marilyn adalah seorang perempuan yang berhati besar, ia mau menerima Waris sebagai perempuan asing pada waktu itu dan mau memberikan Waris “tumpangan” untuk menginap pertama kalinya.

Selain itu Marilyn juga yang mendorong Waris untuk menghubungi fotografer yang ada pada kartu nama yang ia simpan selama ini.

Saya rasa jika tidak ada dukungan dari Marilyn, Waris tidak akan kemana-mana. Waris tidak pernah sampai kepada mimpinya. Dan Waris tidak akan keluar sebagai seorang perempuan pemberani sekaligus percaya diri.

Dukungan dari seorang sahabat mau tidak mau adalah hal yang penting. Karena sahabat membuka pemikiran kita dan sedikit “membentuk” kepribadian kita. Dengan siapa kita bergaul. Seperti itulah kita.

Waris secara tidak sengaja “memilih” Marilyn untuk pertama kali untuk menjadi sahabatnya. Hal ini membuat saya juga percaya bahwa, kita lah yang memilih sahabat-sahabat kita.

Natal yang Hanya Aksesoris






Terlalu banyak aksesoris natal. Di Ambon ini banyak sekali yang merayakan Natal dengan segala macam perlengkapan Natal yang memang secara sengaja dipersiapkan oleh setiap rumah.

Dimulai dengan pohon natal, lampu-lampu penuh warna pada setiap pojok rumah, baju baru di tiap kebaktian, kue-kue kering dari yang harganya paling murah sampai yang paling mahal, belum minuman dan segala persiapan lainnya, sampai dengan petasan dan kembang api di malam natal.

Segala persiapan yang dilakukan untuk menyambut: bayi mugil yang mungil yang lahir begitu sederhananya.

Saya tidak percaya bahwa kelahiran Yesus hanya boleh diperingati sepanjang bulan Desember saja. Saya tidak percaya dengan segala aksesoris berbentuk mewah yang selalu ada menjelang Natal merupakan sesuatu yang wajib.

Karena bagi saya, Yesus lahir setiap hari. Dan saya percaya kepada persiapan.

Dan jika berbicara tentang persiapan, kita akan berbicara soal hati. Hati yang siap lebih mewah dari segala persiapan apapun. Hati tidak kelihatan. Dan sesuatu yang tidak kelihatan cenderung dilupakan.

Banyak orang terlalu sibuk dengan aksesoris: “apa yang kelihatan” ketimbang “apa yang tidak kelihatan” sehingga lupa bahwa persoalan mempersiapkan kelahiran Yesus di dalam hati itu jauh lebih penting daripada apapun.

Lagipula, DIA RAJA, DIA yang memiliki segalanya. Sesunguhnya jika kita betul-betul memiliki DIA dalam hati kita. Kita sudah memiliki segalanya.

Sudahkah kita memaknai Natal di dalam hati kita?

Thursday, December 13, 2012

Kenapa "jatuh cinta"





Kenapa disebut “jatuh cinta” kenapa bukan “bangun cinta” atau “bangkit cinta” sebuah pertanyaan in muncul dari seorang teman, awalnya iseng tapi ia lalu menantang saya untuk menuliskannya.

Sekitar beberapa bulan yang lalu, saya pernah membuat semacam polling kecil-kecilan di twitter saya, pilih mana bilang “cinta” atau “sayang” ke pasangan. Dan banyak sekali yang menjawab beragam. Tetapi pada akhirnya ada yang menjawab “cinta” karena lebih straight to the point dan berani.

Oke. Di konteks ini saya setuju dengannya.

Kembali ke kata “jatuh” pada kata “jatuh cinta” di wikipedia menulis seperti ini:

In romantic relationships, falling in love is mainly a Western concept of moving from a feeling of neutrality towards a person to one of love. The use of the term "fall" implies that the process is in some way inevitable, uncontrollable, risky, irreversible, and that it puts the lover in a state of vulnerability, in the same way the word "fall" is used in the phrase "to fall ill" or "to fall into a trap". The term is generally used to describe an (eventual) love that is strong.

Maka terjemahan bebasnya adalah: “jatuh cinta” adalah sebuah konsep yang mengubah perasaan netral seseorang kepada seseorang lainnya karena cinta. Kata “jatuh” sendiri menyiratkan sebuah proses yang tidak terelakkan, tidak dapat dikontrol, beresiko, dan ireversibel. Dalam hal ini kita bisa menempatkan kekasih kita dalam keadaan rentan. “jatuh cinta” juga sama dengan “jatuh sakit” atau “jatuh dalam perangkap”. Istilah “jatuh cinta” juga sering sekali digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang kuat terhadap seseorang.

Kesimpulan saya: kata “jatuh” biasanya terjadi kepada sesuatu/seseorang yang kehilangan keseimbangan atau tidak punya pertahanan yang kuat. Sayang sekali kita tidak bisa mengontrol perasaan ini. Sehingga kita selalu “jatuh”.

Begitupun dengan saya, saya akan “jatuh cinta” ketika tidak punya pertahanan yang kuat. Kekasih yang saya jatuhi pun tidak punya pertahanan ini. Sebaliknya ketika kekasih saya “jatuh cinta” terhadap saya. Ia pun tidak punya pertahanan yang kuat.

Anggap saja kekasih saya adalah hujan. Ketika hujan “jatuh” ia tidak punya pertahanan yang kuat. Tapi ia percaya bahwa bumi dan tanah akan menerimanya. “jatuh cinta” mengandung resiko: diterima atau tidak diterima. Kalau tidak diterima ada kemungkinan kita mengalami “luka cinta” karena kata “jatuh” resikonya adalah “luka.”

Anak kecil yang sedang  belajar berjalan pun sering “jatuh” ketika merangkak, lalu berjalan. Tetapi mereka menyenanginya. Karena ketika ia tidak “jatuh” sampai kapanpun ia tidak akan belajar berjalan.

Sampai di titik ini, kesimpulan saya—bukan akhir dari segala sesuatu:


Ketika “jatuh” sudah resiko kamu akan terluka. Tetapi tanpa “jatuh” dan menjadi “luka” sampai kapanpun kamu tidak akan pernah belajar sesuatu.

Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika kita “falling into love” atau “jatuh cinta” saya akan memilih untuk “jatuh” kepada “cinta” ketimbang “jatuh” kepada “obat-obat terlarang” atau pun “minuman keras” walaupun saya suka bir.

“jatuh cinta” yang menyebabkan “luka cinta” tidak akan membat hidupmu berakhir atau mati. Itu hanya fase hidup. Kita namakan saja fase belajar.

Setelah “jatuh” “luka” yang perlu kamu lakukan adalah belajar membalut luka itu sendiri atau dengan bantuan orang lain.

Terakhir, berani untuk “jatuh cinta” sebanyak mungkin.

Jangan terlalu percaya kata-kata saya. Percayalah kata hatimu sendiri.




*posting ini buat Joshua Nafi, terima kasih untuk temanya.

Wednesday, December 12, 2012

Semacam Ulasan Film: Life of Pi






Lama sekali tidak ke Bioskop. Oh, jangan ketawain saya. Film terakhir yang saya tonton di bioskop adalah The Amazing of Spider Man. Yap, si sexy Peter Parker. Entah mengapa saya memang bukan tipe yang rajin pergi ke bioskop.

Kalau berbicara soal menonton, saya lebih suka pergi ke Kineruku dan menonton film-film yang diputar di sana. Dan akhirnya menjawab kegelisahan diri saya sendiri untuk pergi menonton Life of Pi.

Maka Senin malam saya pergi menontonnya bersama seorang teman. Saya tidak akan memberikan spoiler kepadamu tentang film Life of Pi. Saya hanya ingin menceritakan kepadamu. Bagaimana film Life of Pi merefleksikan sesuatu kepada saya.

Dua tokoh utama dalam film itu adalah Richard Parker (seekor macan Bengali) dan Pi. Terapung-apung di laut selama berpuluh-puluh hari. Di film itu digambarkan bagaimana Pi bersusah payah untuk menaklukan ketakutannya sendiri atas Richard Parker. Lalu bagaimana mereka berdua bertahan melewati hari-hari yang sangat sulit di lautan. Hanya berdua saja. Dengan semesta.

Di awal film ini Pi mengatakan kepada penulis yang hendak mengisahkan ceritanya ke dalam buku bahwa: ceritanya adalah perjalanan untuk menemukan Tuhan.

Dan coba tebak, apakah memang Tuhan bisa ditemukan dalam ceritanya.

Oh, ada sesuatu yang direfleksikan kepada saya seusai menonton film itu. Sepanjang angkot ketika saya pulang. Saya terus menerus dihantui oleh sebuah statement yang diucapkan oleh Pi,

All of life is an act of letting go but what hurts the most is not taking a moment to say goodbye.

... What hurts the most is not taking a moment to say goodbye.



Pernyataan ini begitu menghantui saya.

Saya melihat hubungan Richard Parker dan Pi dalam film ini seperti hubungan laki-laki dan perempuan. Terserah yang mana yang menjadi laki-laki dan yang mana yang menjadi perempuan. Tetapi ini terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita memilih atau (tidak sengaja) dipilih untuk bersama seseorang. Setuju atau tidak setuju. Punya intensitas yang cukup tinggi dengan orang tersebut. Suka maupun tidak suka. Tetapi bersama.

Di dalam kebersamaan banyak hal yang terjadi. Ada perasaan utuh ketika kita bersama seseorang. Dan ada yang diambil ketika kita (tidak sengaja) berpisah atau dipisahkan dari orang tersebut. Dan ini pun yang kemudian dialami oleh Pi, ketika Richard Parker pergi dari dia tanpa sedikitpun menengok ke belakang bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Ah, Pi patah hati.

Sampai di sini saya berpikir bahwa, persoalannya bukan ketika ditinggalkan atau meninggalkan. Persoalannya adalah ketika hendak meninggalkan paling tidak kita dengan berani menatap mata pasangan kita dan bilang "selamat tinggal."

Karena yang paling sakit adalah ketika kita tidak berani bilang selamat tinggal.

Saya begitu masuk ke dalam perasaan Pi sehingga saya tidak memikirkan perasaan Richard Parker. Oh Richard Parker ternyata punya cara lain untuk bilang “selamat tinggal” ia berjalan ke arah hutan dengan tubuhnya yang kurus, berhenti sejenak di ujung rumput sebelum masuk ke hutan ... diam, baru kemudian berlari ke dalam hutan.

Ia memang tidak menengok ke arah Pi. Ia hanya diam. Dan itu adalah caranya mengucapkan “selamat tinggal.”

Oh yang ini lain pembahasan, tapi saya mau bilang bahwa saya menemukan Tuhan dalam film ini.

Tuhan menjelma menjadi seekor macan. Richard Parker namanya. DIA tidak membiarkan Pi sendirian di tengah lautan lepas itu. DIA tidak melihat Pi dari jauh. DIA melihat Pi dari dekat. Bahkan sangat dekat.

Doubt is useful, it keeps faith a living thing. Afterall, you cannot know the strength of your faith until it is tested.

Kadang kita seperti ragu, dan merasa ditinggalkan. Tuhan seperti mengucapkan "selamat tinggal" Padahal kita tidak pernah tahu, Tuhan bisa begitu dekat. Sangat dekat. 

Tuesday, December 11, 2012

Sariayu Create Your Own Blog Spa





Perempuan dan kecantikan memang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lain. Selalu ada inovasi yang dibuat seiring dengan perkembangan jaman. Dan salah satunya adalah Sariayu.

Sariayu memang sudah dikenal selama bertahun tahun dan dipercaya tentu saja, maka kali ini Sariayu hadir dengan sebuah inovasi baru yaitu mengajak pemakai Sariayu di seluruh Indonesia untuk terlibat dalam acara Sariayu Create Your Own Spa Blog Competition yang bekerja sama dengan @fashionesedaily.

Kompetisi ini akan memenangkan hadiah utama berupa 3 buah Netbook HP, dan ada 7 paket produk dari Sariayu untuk pemenang lainnya.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Blogger membuat satu blog post berupa tulisan, atau foto, atau video tentang pengalamannya menikmati sensasi spa di rumah dengan menggunakan rangkaian Sariayu Beauty Spa.
2. Blog post juga harus menampilkan foto atau video dari rangkaian produk Sariayu Beauty Spa, minimal 3 produk, yang digunakan saat menikmati sensasi spa di rumah.
3. Blogger perlu menyebutkan bahwa kontes ini diketahui dari artikel Fashionese Daily.
4. Di akhir blog post, blogger mengajak para pembacanya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut di Facebook Fan Page Sariayu Martha Tilaar (www.facebook.com/sariayu.mt) atau akun Twitter @Sariayu_MT.
5. Jika blog post telah dipublish, maka URL artikel harus di-tweet menggunakan akun Twitter pribadi masing-masing dengan mention ke @Sariayu_MT dan @FemaleDaily serta menggunakan hashtag #BeautySpa.
6. Semakin kreatif dan menarik isi blog post, maka blogger akan mendapatkan kesempatan menang lebih besar.

Dan untuk info lebih lengkap bisa di klik di http://femaledaily.com/createyourownspa/ dan silakan follow  twitter @Sariayu_MT atau @FemaleDaily.


Tuesday, December 4, 2012

I Dream a Lot Part #2




Sekitar beberapa minggu yang lalu saya pernah membaca sebuah posting yang ditulis oleh Kartika Jahja. Kalau tidak salah judulnya adalah Sekolah Berbagi. Dan ketika membaca tulisannya saya jadi teringat kembali akan mimpi mimpi saya. Sebuah mimpi besar saya. Tentang berbagi mimpi.

Pada dasarnya saya adalah orang suka sekali berkhayal. Saya suka duduk berlama lama di toilet dan berkhayal apapun sesuka hati saya. Dan suatu hari bertahun tahun yang lalu, saya kepingin sekali punya sekolah.

Sekolah kreatif. Bisa disebut begitu. Karena isinya adalah orang orang kreatif yang menghidupi mimpinya. Mereka bekerja demikian keras untuk menggapai mimpinya. Bahwa hidup adalah persoalan bagaimana bermimpi dan menghidupi mimpi.

Sekolah “berbagi mimpi” kemudian bisa disebut seperti itu. Isinya adalah orang orang yang pernah bermpimpi untuk menjadi fotografer dan sekarang menghidupinya. Orang orang yang pernah bermimpi untuk menjadi public speaker dan sekarang menghidupinya. Pengusaha muda, Pembuat film, Musisi, Penulis, Penyanyi, Pengajar Vocal, Perajut, dan lain lain.

Sekolah “berbagi mimpi” ini adalah orang orang yang memulai segala sesuatunya dari mimpi. Dari berkhayal. Dari berimajinasi. Dari membayangkan sesuatu secara detail. Dan menghidupinya.

Kelak saya dan mereka akan pergi ke banyak tempat di Indonesia maupun di luar Indonesia. Kami akan berbagi hal yang sama. Bahwa jangan takut bermimpi setinggi tingginya. Karena mimpilah yang membuat kami hidup.

Kelak, saya akan punya sekolah. Sekolah “berbagi mimpi” namanya. Kamu tidak perlu kuatir untuk membayar kepada sekolah ini.

Settle Down.




"I wanna raise a child
Won't you raise a child with me?
Raise a child

We'll call her Nebraska
Nebraska Jones
She'll have your nose
Just so you know."

(Kimbra)

OH. I Love her. 

Halo






Aku memikirkanmu sedikit. Kamu sedang apa? Kamu sekarang dimana. Tapi terus terang ini bukan lagi perasaan kangen. Ini entah perasaan apa. Aku sendiri juga tidak tahu.

Hujan di luar. Sungguh deras. Payung orang orang bahkan terbang terbang. Aku tahu kamu mengirimkannya untukku. Kamu masih tetap manis seperti dulu. Aku suka hujan, dan kamu mengirimkannya untukku.

Aku menuliskan ini hanya untuk bilang terima kasih bahwa kamu masih terlalu peduli. Aku menulis ini sambil minum kopi. Ini kopi yang enak sekali. Karena rasanya begitu pahit. Persis seperti ketika kamu meninggalkanku.

Tapi kali ini aku menikmati kopi ini bersama orang lain. Dia menginap semalaman. Kami mengobrol semalaman. Dan dia teman mengobrol yang menyenangkan. Ah, dan lagi kamu tidak perlu cemburu.

Toh, di antara kami pernah ada kata yang bernama cinta. Cinta yang luruh seiring hujan yang jatuh di kepala.

Tuesday, November 20, 2012

Balkon Kecil






Ketika meninggalkan kamar yang berantakan seperti itu. Saya berpikir bahwa saya kepengin sekali punya rumah sendiri. Dengan jendela jendela lebar dan balkon kecil menghadap ke arah matahari terbenam.

Di sana saya biasa duduk di sore hari. Menghisap kretek sesekali. Dan membaca buku. Kadang kadang menulis. Menulis apapun yang saya suka. Ditemani seekor anjing kecil yang saya beri nama Estelle.

Saya tidak lagi memikirkan tentang kamu. Karena kamu hanya menjadi bagian dari masa lalu saya. Saya tidak melupakanmu. Hanya saja bagi saya kamu telah tiada. Kita telah menjadi orang asing.

Dan pada suatu hari ketika kita bertemu lagi. Saya tidak akan mengulanginya. Seperti perkenalan pertama, menyebutkan nama dan bersalaman tangan. Saya merasa itu adalah hari terkutuk saya. Ketika saya mengenalmu untuk pertama kalinya.

Kini, saya benar benar telah menjadi orang lain. Kini, kita adalah orang asing. Lebih baik kita tidak pernah bertemu.

Saya hanya ingin sendiri dengan balkon kecil saya. Tidak ada hujan. Tidak ada lagi air mata.

Thursday, November 15, 2012

Hujan Belum Mati. Ia Datang Ke Launching Kami.





Akhirnya tanggal 10 11 12 yang ditunggu-tunggu datang juga. Hari itu sejak pagi dari jam 10 saya sudah stand by di venue. Sambil menemani Sarita menyelesaikan dekor. Sambil dalam hati saya berdoa semoga hari itu tidak turun hujan.

Sekilas mengenai tempat acara yaitu @7HeavenBooks dan @Trebiteandzip adalah rumah tua yang asik banget. Yang akan kita pakai halaman depannya untuk Launching Menuju(h). Jadi konsekuensi dari acara ini adalah sekali hujan, maka acara kita bubar jalan.

Agenda Launching Menuju(h) cukup padat. Karena selain talkshow bersama para penulis, kami juga berencana akan mengobrol lewat skype dengan Mahir Pradana salah seorang penulis yang saat ini tinggal di Swiss.

Duh, dalam hati saya berdoa kencang-kencang semoga hujan tidak turun. Sekali itu saja. Sambil mendoakan beberapa teman penulis yang pada waktu itu juga terjebak macet di mana-mana. Karena jalanan Bandung yang begitu padet.

Sambil menunggu beberapa teman-teman yang hadir. Pengunjung acara Launching terus berdatangan dan memenuhi halaman depan venue. Sangat menyenangkan ketika mendapatkan halaman @7HeavenBooks dan @Trebiteandzip sore itu ramai sekali.

Setelah dibuka oleh Sarita yang waktu itu juga ditunjuk sebagai MC/Moderator acara (Terima kasih ya Sar, kamu keren) teman-teman dari Mr. Sonjaya langsung membuka acara dengan lagu-lagu syahdu mereka. Oh sore yang menyenangkan. Talkshow awal pun berjalan segera. Kami bahkan sempat berbincang-bincang dengan Mahir lewat Skype.

Dimas dan teman teman dari Mr. Sonjaya


Sundea, Iru Irawan, Maradilla Syachridar, Vabyo, Saya, Aan Syafrani, Mahir Pradana yang bersama-sama dengan kami di layar putih lewat skype.

Tetapi di tengah-tengah talkshow yang masih berjalan. Mendung semakin menggantung. Saya mencium bau basah. Hujan sebentar lagi datang. “Oh Hujan bandel” bisik saya dalam hati.

Seperti ingin eksis juga di Launching kita. Hujan pun turun dengan derasnya. Teman-teman yang hadir lalu diarahkan untuk masuk dan berteduh di dalam area rumah tua yang tersedia. Menunggu sekitar hampir 30 Menit, hujan berlalu. Panggung di setting kembali. Dan acara kembali dilanjutkan pembacaan cerpen Menuju(h) oleh Heliana Sinaga dan Mae. (Terima kasih Mae dan Anna :-*)

Satu hal yang membuat saya bersyukur setelah itu. Teman-teman yang datang di Launching tidak langsung pulang. Mereka justru menjawab dengan semangat oleh Sarita “Acaranya mau dilanjutkan lagi gak?” “MAAAUUU”. Acara dilanjutkan dan berakhir sekitar jam setengah delapan malam.

Magis. Ketika saya dan hujan memang punya konektivitas yang luar biasa. Entah saya yang gila tidak mau meninggalkan hujan. Atau hujan yang gila, selalu memilih saya.

Tapi satu hal yang saya salut dan ingin mengucapkan terimakasih yang paling dalam adalah kepada teman-teman yang tetap mau bersetia menunggu sampai hujan berhenti dan melanjutkan Launching. Kalian sungguh keren.

Terima kasih juga kepada teman-teman dari Gagas Media yang sudah membantu dari awal sampai terlaksanannya acara Launching Menuju(h) dengan baik.

Hari itu saya senang. Teman-teman pun senang.

Terima kasih semesta yang sudah menurunkan hujan. Hujan belum mati. Buktinya ia datang ke Launching kami.

Monday, November 5, 2012

Peluncuran Kumpulan Cerita Pendek Menuju(h)










Akhirnya buku kami Launching teman. Menuju(h) adalah kolaborasi tujuh penulis muda: Aan Syafrani, Iru Irawan, Mahir Pradana, Maradilla Syahridar, Sundea, Theoresia Rumthe, Valiant Budi.

Ditunggu kehadiran teman-teman.


#LaunchingMenujuh by @GagasMedia| @laughonthefloor @7HeavenBooks @trebiteandzip | Come & cheers some beers with us.

love. 

Si "Keras Kepala"


gambar via googling.


Sedang berpikir banyak dan sedang mengerjakan banyak. Ada satu fase di dalam hidup saya yang begitu egois. Yaitu saya ingin segala sesuatunya lebih clear. Dan lebih jelas. Dimana saya harus lebih banyak deal dengan pribadi saya yang “keras” di dalam.

Untuk urusan yang menyangkut idealisme. Percayalah ada hal-hal yang tidak bisa ditawar dengan saya. Sekali “enggak” itu bisa “enggak” untuk selamanya. Si Theo yang keras kepala. Dan saya sedang deal dengannya.

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk tinggal di Bandung dan mengerjakan apa yang saya percaya sebagai passion. Saya mendapat banyak tantangan dari dalam keluarga dekat saya sendiri. Bisa dibilang mereka tidak setuju. Bahkan mereka “memaksa” saya untuk melakukan apa yang sesuai dengan keinginan mereka.

Dan muncullah kebiasaan buruk saya yang diakibatkan oleh “keras kepala” saya. Saya bisa mendiamkan mereka berhari-hari. Bahkan berbulan-bulan. Tentu saja ini bukan contoh yang baik. Janganlah ditiru.

Toh pada akhirnya kami bisa baikan lagi. Karena saya percaya restu orang tua adalah harga mati. Dan kemudian saya menjadikan itu sebagai prinsip hingga kini.

Tetapi saya semakin yakin bahwa saya adalah “Single Fighter” banyak hal di dalam hidup yang kemudian bisa saya perjuangkan sendiri. Dan saya adalah orang yang tidak bisa dipaksa. Karena semakin saya dipaksa, semakin saya akan bilang tidak.

Deal dengan si Theo yang keras kepala.

Namun ketika menulis ini, saya hanya ingin memastikan satu hal. Keras kepala lah terhadap apa yang hatimu percaya. Karena itu bisa jadi adalah keyakinan. Keyakinan tersebut yang akan menuntun kita kepada sebuah jalan.

Saya sedang ada di dalam keyakinan itu. Masih berjalan ke arah sana. Dan sudah semakin dekat.

So, apa yang menjadi keyakinanmu?

Sunday, November 4, 2012

Who The Fuck Is Ismail Basbeth





Saya bukan tipe penonton film. Namun beda halnya dengan film-film yang biasanya suka diputar di Kineruku. Karena dalam hal ini saya percaya kepada selera Mbak Rani dan Budi Warsito (yang mengelola Kineruku). Percaya kepada dedikasi mereka mengapresiasi karya yang bagus.

Berdasarkan kepercayaan itu. Maka saya tidak mau  absen untuk menghadiri pemutaran film yang diadakan di Kineruku. Kecuali memang saya punya jadwal lain.

Tadi malam saya pergi untuk menonton film-film karya Ismail Basbeth. Setelah sebelumnya melihat tagar heboh di twitter #whothefuckisismailbasbeth. Saya jadi penasaran dan kepingin tahu siapa sebenarnya Ismail Basbeth ini.

Lima buah film pendek yang kemudian saya tonton adalah: Hide and Sleep, Harry Van Yogya, Shelter, Ritual, Who The Fuck Is Ismail Basbeth. Film-film Ismail Basbeth benar-benar pendek. Lebih pendek dari rok mini. Minim dialog dan masing-masing punya kemisteriusannya sendiri.

Yang saya rasakan kemudian adalah Ismail Basbeth banyak mengobrol dengan dirinya sendiri dan menguak banyak pertanyaan yang selama ini mungkin takut untuk dipertanyakan oleh orang banyak. Hasil obrolan dengan dirinya sendiri yang kemudian ia visualisasikan melalui karyanya.

Salah satu yang ia pertanyakan adalah: Kematian.

“Sejauh apa kematian itu berbicara kepada Mas Mail sendiri?”

Jawabnya: Saya takut mati.

Tetapi tidak hanya sampai di situ Ismail Basbeth kemudian membicarakan perasaan-perasaannya. Sehingga saya bisa melihat bahwa bagaimana sebuah proses membuat film pun bisa mengubah hidup seseorang. Dan sebuah karya itu lahir karena sebuah proses panjang untuk “menggali” baik ke dalam si pembuat karya maupun keluar. Satu kalimat yang cukup menggugah saya ketika ngobrol santai di malam itu adalah “Saya ingin mencintai diri saya sendiri seperti saya mencintai orang lain.”

Semakin banyak kita menggali sebuah perasaan. Semakin kita tidak akan pernah selesai dengannya. Atau justru itulah yang terjadi. Pertanyaan satu akan membawa kita kepada pertanyaan dua. Selanjutnya pertanyaan ke tiga. Tidak pernah selesai.

Pertanyaan itu hanya selesai ketika kita semua mati.

Silakan follow twitternya di https://twitter.com/ismailbasbeth dan ngintip project-projectnya di http://www.hideprojectindonesia.com/

Saturday, November 3, 2012

Thursday, November 1, 2012

Bulan Merah





Begitu banyaknya kesempatan untuk bersama. Di bawah mendung yang tertahankan.

Sebentar lagi gerimis akan keluar dari pipi-pipi. Tinggal memeluk. Memeluk siapa kencang-kencang. Saya sedang membayangkan suatu saat nanti ciuman akan habis. Kamu tidak lagi menginginkannya. Kamu tidak lagi merindukannya.

Dan suatu saat nanti pelukan akan habis. Kamu sendiri yang menghabiskannya untuk memeluk dirimu sendiri.

Kemudian malam. 

Dan setelah itu kamu mati. Berdarah-darah. Diantara bulan merah. 

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...