Wednesday, February 23, 2011

Jendela

weheartit
Mungkin saya harus bisa seperti kamu. Tetap setia walau sering dilompati.  


Bentukmu begitu kotak. Penuh dengan kaca. Kamu senang mengintip, walau terkadang malu-malu. Satu ketika kamu menangis banyak, air matamu mengalir kemana-mana. Tadinya saya pikir itu hujan, ternyata bukan. Itu asli adalah air matamu.

Jendela maafkan saya, saya ini terlalu sibuk. Baru pulang hingga jauh-jauh malam, lalu bangun siang-siang. Saya keterlaluan. Sedangkan mungkin kamu hendak cerita—tentang pacar barumu yang berandal itu. Yang suka sekali duduk-duduk dan merokok di punggungmu.

Ah, jendela. Jangan terlalu percaya dengannya. Kelihatannya dia berandal. Tapi kalau ngobrol soal berandal, saya juga suka berandal. Mereka itu keluar masuk dalam kehidupanku. Mereka kadang kurang setia, tapi begitulah: apa mau dikata kalau sudah cinta.

Lalu, kenapa kamu begitu terbuka. Walau banyak yang membuatmu terluka. Banyak yang singgah, lalu menggores-gores bentukmu. Ada yang menggambar sekenanya di sana. Iseng menumpahkan sesuatu. Mematikan rokok pada kisi-kisimu. Membuang air. Bahkan pipis sebarangan dari sana.

Kamu begitu kokoh. Tetap ramah untuk menyapa pagi. Tetap menyapa sinar kuning matahari. Membiarkan mereka bergelayutan di bibirmu. Lalu tidak marah-marah ketika ada hujan, padahal ia suka meninggalkan lapuknya di pipimu.

Seharian kemarin saya di angkot. Mukamu ada dimana-mana. Kamu masih saja mengintip saya dengan malu-malu. Semoga kamu baik-baik dengan pacar barumu yang berandal itu. 


Saya ini gadis bodoh yang harus banyak belajar dari kamu, jendela. 

Tuesday, February 22, 2011

Petualangan

weheartit
Kadang bisa sangat jujur. Kadang bisa sangat gengsi untuk mengungkapkan "hal-hal tertentu." Kamu pasti mengerti. Hidup ini melakukan petualangan, saya dan kamu memang harus siap untuk dikagetkan.

Bertemu dengan kejujuran itu mungkin sulit. Banyak hal yang membuat kamu kaget, diam, lalu bingung: setelah ini, mau melakukan apa. Kamu begitu tuli untuk hanya sekedar mendengar suara hatimu sendiri. Seperti yang sudah-sudah, satu kesalahan besar saya adalah saya terlanjur jatuh cinta.

Ini mungkin prinsip yang begitu mendasar. Membuat saya menjadi buta untuk melihat hal lain. Membuat saya membatasi diri saya sendiri. Membuat saya – begitu marah, karena saya tidak ingin mengkhianati hati saya sendiri. Sedangkan kamu, tidak kemana-mana. Kamu tidak membawa saya kepada petualangan yang saya inginkan.

Saya ingin bertualang, dan saya tak ingin sendirian. Kamu tidak mengerti itu. Kamu membiarkan saya sendirian, bertualang meninggalkan jejak saya sendiri. Lalu, kamu entah berakhir dimana. Saya sendiri takut sekali untuk menebak. Rasa penasaran saya kemudian habis. Saya tidak mau lagi bertanya-tanya.

Hujan pun turun di luar. Saat ini saya duduk dengan kopi dingin dan beberapa batang rokok. Kita duduk, tak saling memandang. Sesekali, kamu menghisap rokokmu dalam-dalam. Menatap—entah. Di kejauhan sana entah apa yang kamu cari. Padahal saya ada di sini. Saya persis duduk di sampingmu dan siap mencintaimu utuh.

Sudahlah! Jangan pikir kali ini saya gombal. Saya memang senang membuat puisi, tapi untukmu, rasa ini berbeda. Saya siap melakukan segala sesuatunya untukmu. Termasuk mengajakmu ke luar, bertualang diantara hujan.

Kamu masih saja diam. Tidak bergeming. Saya berdiri dan berjalan ke arah jendela. Teras luar tampak basah. Hujan deras, menghajar dahan. Saya mengeluarkan tangan dari jendela, untuk merasakan dinginnya hujan di telapak saya. Tiba-tiba saya bergetar, merasakan dinginnya.

Sekilas, saya menoleh, melihat ke arah dirimu. Itu masih bibir yang sama, yang selalu saya inginkan. Lalu, urat-urat di tanganmu masih menjadi pemandangan yang selalu saya suka. Hanya saja kali ini, sorot matamu begitu dingin.

Sedingin hujan di telapak tangan saya--pertanda saya harus siap dengan petualangan baru. 


**** 

aku bungkus
hujan liar 
dengan pita oranye
sayang!
beserta kartu ucapan terima kasih
warna ungu, layu.
pecah di dahan.

Monday, February 21, 2011

Jarak

tubuhku
ditumbuhi ilalang
liar dan rimbun
meliuk di ruas jantungku
menancapkan kakinya 
membunuh detak
mati, mati

****


Jarak itu semacam latihan keseimbangan. Berjarak atau mengambil jarak itu semacam berdiri sebagai Tuhan lalu melihat manusia dari kejauhan. Tentu saja saya percaya, Tuhan dapat berdiri dimana saja. Termasuk saat ini berdiri di sudut hatimu. Tapi ada jarak yang selalu dibuatNya untuk melihatmu tumbuh sendiri.

Saya memutuskan kali ini, saya mengambil jarak saya sendiri. Duduk di tempat paling jauh paling ujung paling tidak dapat dijangkau. Dan menikmati segala keriuhanmu dari jauh saja. Menikmatimu tidak dari dekat. Kali ini saya ingin punya jarak pandang yang begitu luas.


Saya ingin berjarak. Bisa jadi ketika saya berjarak, saya dapat mengatur segala sesuatunya dengan lebih matang. Saya mulai menjadi sama seperti Tuhan. Menyusup pelan-pelan di ujung hatimu, berdiri di sana, duduk di sana, menginap di sana.

Saya memelukmu tak kasat mata.

Kalau Tuhan itu cinta. Seharusnya saya sebagai penganut Tuhan juga punya cinta. Hanya saja mungkin kali ini cinta saya berjarak. Walau tetap lintas waktu. Saya akan berdiri begitu jauh dari tempatmu berada. Dengan kadar cinta yang masih penuh, tapi jaraknya begitu renggang.

Ketika saya menulis kalimat-kalimat ini, di kepala saya muncul pernyataan Jatuh cinta itu hak. Tidak membalas cinta juga (hak)? Lalu Kalau ada yang mencintaimu begitu rupa. Mungkin kamu harus belajar menghormatinya.

Ini adalah pernyataan jarak. Ketika kamu memposisikan dirimu menjadi orang lain. Ada batas yang kamu buat, keluar dari dirimu sendiri lalu mulai menjadi diri orang lain. Saya tertegun sendiri dan berpikir, saya belum dapat melakukan banyak.

Saya capek. Dan saya hendak mengambil jarak sebentar. Setelah kita berjarak, mungkin kamu juga belum bisa mencintai saya, tapi paling tidak kamu menghormati saya. Itupun kalau kamu cukup punya hati untuk melakukannya.




Selamat siang. Semoga harimu menyenangkan, Tuan!

Sunday, February 20, 2011

Kehilangan

weheartit




Detak itu ada dimana-dimana. Kami bertemu setiap hari, tapi saya seperti kehilangan getarnya. Ia kini begitu pelan dan sunyi. Dengungan dan pantulannya di dinding-dinding entah kemana. Saya kehilangan mood untuk menulis. Kopi saya hampir habis, lalu saya tidak dapat meneruskan kalimat-kalimat pendek itu.

Di kepala ini, banyak sekali yang berloncatan, ingin terjun bebas ke page putih, netbook saya. Ada wangi dirimu yang ingin saya tuangkan di sana. Ada senyum manismu, yang ingin sekali saya rangkai menjadi paragraf panjang. Tapi entahlah, saya keburu tidak bernafsu.

Saya sedang bosan denganmu. Saya sedang belajar untuk kehilanganmu. Banyak hal yang tidak sempat keluar dari bibir ini, banyak penjelasan yang urung saya sampaikan. Saya hanya terlanjur bosan. Itu saja, titik! saya pikir kita bisa memulai sebuah kehidupan baru.

Bodoh, bodoh, dan bodoh! Saya adalah perempuan bodoh yang terlanjur jatuh cinta dengan orang tolol sepertimu. Lalu, kita berdua terdampar di dalam detak yang kini bergerak sangat lambat. Saya ingin sekali merobek angka-angka di jam kertas di ujung meja kerja itu. Saya ingin sekali membunuh detak-detak lamban, yang merayap, mengejek, lalu menertawai saya.

Saya ingin sekali menyusup ke dalam jantungmu, demi mengecek saja: “Apa kamu sendiri sudah siap dengan arti kehilangan?”

Dengarlah. Kali ini saya betul-betul akan memberi jarak denganmu. Saya akan mebiasakan kamu untuk mengenal apa itu kehilangan. Ada waktu untuk berlari, lalu ada waktu untuk berhenti, minum air sejenak, tarik nafas pelan-pelan. Ada waktu untuk mengejar, tapi ada waktu untuk berdiam diri dan dikejar. Ada waktu untuk mencintai penuh-penuh. Lalu ada waktu untuk menarik cintamu, sedikit demi sedikit. Ada waktu untuk menemukan. Lalu ada waktu untuk kehilangan. Selamat menikmati kehilangan, hei kamu!

Mungkin hari kehilangan itu akan datang. Lalu, kamu adalah orang pertama yang paling menyesalinya.




****


Akhirnya, saya menyelesaikan tulisan ini. Walaupun ketika menuliskannya puntung rokok berhamburan dimana-mana. Cangkir kopi beberapa kali saya ganti. Kamu pasti tidak suka. Ah, saya tidak peduli juga. 

Sunday, February 13, 2011

Surat Cinta #28: Untuk Kupu-kupu di Perut

weheartit


Kepada kupu-kupu di dalam perut saya. Saya kangen merasakan kalian lagi. Saya merasakannya bertahun-tahun yang lalu. Kupu-kupu yang begitu banyak, sayap-sayapnya beregesekan pelan di antara usus dan dinding perut saya. 

Mereka terbang pendek, terkadang berjinjit halus di sana. Lalu mulai menari-nari pelan, padahal tidak ada lagu. Mereka hanya bergirang di dalam perut saya, dan membuat saya juga ikut bahagia. Pipi memerah. Senyum-senyum kecil sepanjang hari: jatuh cinta.

Sekarang saya begitu kangen.

Lalu suatu hari saya pulang dan bilang kepada dewi hujan, bahwa saya ingin merasakannya -- kupu-kupu itu lagi. Entah kenapa, dewi hujan tampak mengerti perasaan saya. Ia mengirimkanmu. Kita bertemu. 

Awalnya sama sekali saya tidak merasakan apa-apa. Di dalam hati saya berbisik pelan ah, tidak ada kupu-kupu lagi.. saya mencoba mendengarkan ke dalam perut saya, siapa tahu saya bisa mendengarkan suara-suara kecil mereka, atau kaki-kaki kecil itu. 

Namun, tidak ada. 

Saya sedih, mungkinkah sudah selesai. Saya pulang ke rumah dengan perasaan yang -- sedikit menyesal, karena ketika bersamamu: kupu-kupu itu tidak datang lagi. Tapi apa mau dikata, mungkin ini waktunya untuk kupu-kupu ini pulang, membangun rumah mereka di dalam perut yang lain. 

Saya tidur, memikirkanmu. Keesokan harinya ketika saya bangun pagi, ada yang bergerak-gerak. Ada yang bergesek-gesek di perut saya. Ada yang mulai melompat perlahan.

Ah, mereka masih di sana ternyata.

Iseng, saya berbisik pelan kepada mereka kemana kalian kemarin?

Kami tidur sayang, kami tidak ingin mengganggumu dengannya. 

Wednesday, February 9, 2011

Surat Cinta #27: Untuk Bayou

Di hari ke-27 ini saya akan menulis untuk seseorang. Seorang sahabat. Kami saling menyayangi dengan cara kami. Dan kami punya hubungan istimewa, tanpa lust. Kenapa saya menulis ini, karena saya tidak jatuh cinta dengannya begitupun dia tidak jatuh cinta dengan saya. Tapi kami punya chemistry yang sama. Kami saling menyayangi, itu saja. 

Saya akan sedikit menggambarkan tentangnya di surat ini: Bayou Kansil. Itu laki-laki paling passionate yang pernah gue kenal seumur hidup gue. Ngobrol di dekatnya, elo bakal ngerasain letupan-letupan yang selalu bikin bergetar. Dia selalu bercerita dengan mata berbinar-binar. Semacam konseptor yang memperhatikan detail. Elo akan nilai dia songong, kalau mulai ngobrol soal ide. Laki-laki yang kelihatannya garang, tapi hatinya gampang pecah. Dia adalah perpaduan antara yang keras dan lembut itu. Begitu menyayangi adik semata wayangnya. Super nyebelin kadang-kadang. Selalu tahu apa yang dia lakukan. Punya rasa sayang berlebihan. Lalu punya cita-cita yang besar. 

Saya selalu memandang dia sebagai orang besar suatu hari nanti. Saya selalu memperlakukan dia sebagai orang besar. Karena begitulah dia. Ketika mengobrol, berjalan, dibonceng, dipeluk,   duduk bersebelahan dengannya -- saya selalu tahu suatu hari nanti dia akan besar. 

Di kepala saya, saya selalu membayangkan ini: berkunjung ke studionya yang mewah lalu memesan undangan ulangtahun anak saya yang ke 5, mengobrol dengan istrinya, bermain dengan anak-anaknya kelak. Atau ini, mengajak anak-anaknya makan es krim suatu hari nanti lalu bercerita tentang Papa Bayou

Kalau ada yang tanya seperti apa Bayou Kansil: saya akan mengatakan bahwa kelak dia bakal jadi orang. Ya, saya hanya tahu itu dari hati saya.

Subuh ini, saya pulang dan tidak bisa masuk ke kos. Karena entah kenapa, tiba-tiba gembok kos saya diganti. Padahal sehari sebelumnya saya masih bisa masuk. Satu orang yang ada di kepala saya, untuk dihubungi: Bayou Kansil. Tadinya saya mau transit dulu di kosnya beberapa jam, tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan. Akhirnya saya memutuskan untuk lompat pagar kos, yang langsung disetujui oleh Bayou. 

"Sini, gue pegangin tas-nya Yo."
"Oke. Elo pegang ya. Gue naik, gue jago kok manjat." balas saya sambil sumringah, Bayou hanya menatap saya dengan senyum. Lalu ada kilatan di mata ngantuknya, dia percaya sama saya.  

Tepat sekali. Saya bisa melakukannya. Saya berhasil melompati pagar kos dengan mulus dan tanpa kurang suatu apapun :D ada sedikit pelajaran yang bisa saya petik dari ini: kadang kita bisa melompati hidup sendiri. Tetapi kadang kita butuh sahabat untuk menemani kita melakukannya.

Subuh tadi, ada Bayou menemani saya melakukannya. 

Siapapun yang menikahi Bayou Kansil kelak, harusnya juga punya keyakinan seperti saya: bahwa ia menikahi orang besar. Laki-laki yang tepat. Dan tak perlu cemburu sama saya, karena sampai kapanpun, Bayou Kansil akan selalu istimewa di hati saya. 

Kami bersahabat, dan saling menyayangi. 

Love you, B!

Surat Cinta #26: Untuk Cangkir Teh

Pagi ini, saya ingin menulis kepada cangkir teh. Rupanya selama ini saya tidak peduli dengannya -- melupakannya. Maafkan saya, cangkir teh. Kamu adalah cangkir favorit saya, warnamu putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna kuning di tengah.

Selalu terletak di meja kecil. Samping tempat tidur saya. Isinya, sisa teh semalam dengan bekas kantong teh yang terkadang masih ada di dalamnya. Biasanya, saya hanya mengingatmu ketika ingin membuat teh baru. Setelah itu saya kembali melupakanmu.

Apalagi akhir-akhir ini, ketika saya sangat sibuk sekali. Jarang di rumah. Pergi lalu akan kembali ketika larut malam. Kamu hanya tergeletak di sana. Kadang kamu kecut melihatku. Kadang kamu ingin memelukku. 

Bahkan terkadang kamu memanggilku "Theo, santailah sedikit, sini minum teh hangat sedikit, dari badanku.."

Seperti pagi ini. Saya bangun, melirikmu. Lalu mengambilmu, mencucimu, dan menyeduh teh hangat di badanmu yang kecil itu. 

Lalu duduk di depan netbook saya menulis ini. Bukan hanya itu, kamu masih ingat ketika saya pernah patah hati berbulan-bulan yang lalu, saya menangis sampai lupa ini hari apa. Tapi kamu di sana, setia mengamatiku, mengkomat-kamitkan sesuatu di bibirmu.



weheartit

"Sini Theo. Kecup saya. Minumlah saya."


Monday, February 7, 2011

Surat Cinta #25: Untuk Pria Sexy

Dalam hidup saya mengenal istilah dating. Bagi saya, pengertian dating adalah set a date, have some dinner. Pergi ke luar dengan beberapa pria biasa (baca: menarik) mungkin tidak ganteng-ganteng amat. Tapi mereka punya ketertarikan yang akan membuatmu betah mengobrol dengan mereka.

Ada semacam magnet yang akan membuatmu ingin mengenali hati mereka lebih dalam dan menempel lebih erat. Magnet ini tidak dapat saya jelaskan. Kamu hanya dapat mengetahui dari pertama kali berkenalan. Hanya click pada kesan pertama. 

Beberapa kali, saya melakukannya. Pergi keluar dengan pria-pria itu. Duduk mengobrol. Tertawa berlama-lama. Duduk dengan bir dan kacang goreng sampai jauh-jauh malam: lalu mengobrol dengan saling menatap mata lekat-lekat.

Pertanyaannya adalah kenapa harus mata?

Saya suka sekali menatap mata orang. Dan jawaban lainnya adalah kamu akan mengenali seorang pria dengan magnet itu dari matanya. Ada binar-binar yang terpancar dari sana. Lalu, saya hanya akan tahu bahwa mereka adalah pria yang worth it untuk diajak keluar. 

Kemudian terjadilah kegiatan dating itu. 

Dating ini sedikit berbeda dengan pacaran. Kalau pacaran kamu hanya akan berkomitmen kepada satu pria sedangkan dating adalah kamu akan keluar dengan beberapa pria dalam jangka waktu tertentu, melakukan kegiatan yang menyenangkan, itu saja. 

Ah, tak usah berburuk sangka dulu soal, kegiatan menyenangkan itu. Saya tidak akan menjelaskannya panjang lebar dalam tulisan ini. Intinya adalah, saya membiasakan diri saya untuk pergi keluar dengan pria-pria yang menarik. 

Pria-pria menarik ini, semacam punya sex appeal. Yang akhirnya membuat saya menyebut mereka dengan pria sexy. Sebut sajalah istilahnya seperti itu. Rasanya kalau kamu pergi keluar bersama mereka ada keyakinan dalam diri mereka yang ditularkan kepadamu. Ada rasa nyaman melimpah yang membuatmu ingin tinggal lebih lama, dan tak mau pulang. 

Mereka semacam tahu apa yang mereka lakukan dalam hidup. Mereka punya passion yang begitu besar terhadap apapun yang mereka kerjakan: hal kecil sekalipun.

Menyinggung sedikit mengenai passion. Bagi saya pria yang passionate itu sexy. Mereka selalu worth it untuk diajak keluar dan melakukan kegiatan menyenangkan. Mereka hanya akan membuatmu bergetar. 

Mungkin mereka tidak cukup ganteng seperti ukuran normalnya. 

Jadi pria sexy itu apa? Ia hanya pria biasa yang membuat perutmu berkupu-kupu. Kupu-kupunya biasanya betah berlama-lama. 




Mungkin ia tidak seperti Theo Hutchcraft. 


Tapi ia adalah pria yang akan membuatmu: ingin menciumnya lama-lama.

****
surat ini untuk pria sexy. kalau kamu punya, silakan cc-in link surat ini kepadanya. salam hangat dari saya.  


Surat Cinta #24: Untuk Impian

Sudah lama sekali saya tidak menulis di diary. Saat ini saya hanya concern menulis di agenda kecil saya saja. Itupun tidak sedetail dulu. Beberapa tahun ke belakang ini, saya memang sudah meninggalkan diary. 

Selain ada fungsi blog yang kemudian dimaksimalkan. Lalu paling tidak dua kali sehari saya memosting sesuatu di blog. Bukannya apa-apa, bagi saya terkadang ada keterbatasan di dalam bercerita tentang isi kepala kita kepada orang lain.

Dengan menuliskannya, saya merasa lebih lengkap. Dan lebih pas. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Di malam menjelang pagi ini, saya kembali lagi membuka beberapa diary lama saya. Salah satunya yang sempat saya pindahkan ke kos yang baru. Sedangkan yang lain, tampak tertinggal di kos yang lama, belum sempat saya ambil.

Salah satunya adalah diary pink yang saya tulis sekitar tahun 2005. Tulisan di dalamnya warna-warni. Saya ingat, dulu saya bahkan punya jadwal menulis diary setiap hari yaitu: jam empat sore. Itulah awal saya jatuh cinta kepada sore. Dan akhirnya memutuskan punya nama: perempuansore.

Salah satu halamannya berisi: apa yang menjadi impian saya. Beberapa impian besar yang ingin sekali saya capai di dalam hidup. Tentu saya tidak akan membukanya semua kepadamu. Saya malu. Tapi ada satu impian yang ketika saya membacanya kembali membuat saya, senyum-senyum kecil. Lebih kepada deg-degan.

Itu adalah: menikah.

Saya meletakkannya di list paling terakhir. Lengkap pula dengan gambarnya. Lalu ada tulisan kecil di gambarnya: And they never look back with regrets. Ever.

Ketika saya menulis impian itu, saya adalah anak gadis berumur dua puluh dua tahun. Entah apa yang ada di pikiran saya waktu itu. Tapi saya menuliskan impian saya. Beberapa belum tercapai, termasuk menikah. 

Hari ini saya menulis surat cinta kepada impian itu kembali. Kelak, saya akan menikah dengan seseorang. Yang mungkin adalah salah satu dari pembaca blog saya ini. Lalu ketika kamu membaca ini, pipimu sudah merah duluan. Ya, itu kamu. 

Saya bahkan telah mengetahui, bahwa kita akan bersama sejak usia saya masih dua puluh dua tahun. 

Kalaupun hari itu tiba, saya akan berbisik di kuping kamu:


100layercake.com

"We will never look back with regrets. Ever."


Sunday, February 6, 2011

Surat Cinta #23: Untuk Rasa Kangen

weheartit


Hai Kangen. 
Apa kabar kamu? Aku kangen. 

Kalau dimana-dimana selalu ada kamu. Mungkinkah itu yang dinamakan kangen. Jadi hari ini bahkan baumu ada diantara lagu-lagu yang dinyanyikan. 

#kangen itu semacam tangga lagu bisu tanpa lirik.

#kangen itu semacam selipan-selipan bon makan. Bekas makan berdua.

#kangen itu semacam kunyahan kue kering yang seret di mulut tanpa teh manis.

#kangen itu semacam tiap beberapa detik selalu ngecek hape.

#kangen itu seperti ingin sekali bermain hashtag di twitter. Apa daya waktu online-nya hanya sebentar.

#kangen itu seperti langit tidak berbintang. Tidak segemerlap biasanya.

Aku kangen. Telepon dong. Mention please. DM juga boleh.

#kangen itu seperti ingin mention. Tapi deg-degan.

****

Surat ini saya tulis kepada rasa kangen yang begitu memburu sepanjang hari ini. Siapa tahu kita sedikit lupa, apa itu rasa kangen. Ah, ini memang sengaja diambil dari hashtag twitter, supaya #nomention bisa membacanya. 

Selamat kangen. 

Friday, February 4, 2011

Surat Cinta #22: Untuk Random

Memangnya hidup itu koperasi simpan pinjam.

Kalau bukan saya dan kamu yang punya hidup. Sekali-kali kita harus "meminjamkan" hidup kita kepada orang lain tanpa minta "kembali."

Lalu siapa yang punya hidup?

Padahal, bukan saya atau kamu yang punya hidup?

Sayang sekali, saya terlalu pengecut. Bahkan kalau "meminjamkan" sesuatu pun, saya suka minta "kembali."

...atau mungkin harus berani menggadaikan hidup kita sendiri untuk orang lain.

Hidup itu meminjamkan hati bukan malah menyimpan hatimu di dalam laci, lalu kuncinya disimpan di bawah bantal.

Hidup harusnya mendapatkan hati orang, bukannya malah kehilangan. 

Kalau mau kehilangan hati orang, silakan "underestimate" dia.


weheartit

Ketika menulis ini, saya masih di kasur. Jacob pindah tidur ke depan pintu. Kenapa anjing pilih pintu untuk tidur, ia menjaga supaya tidak sembarang orang masuk menemui tuannya.

Mungkin hati seperti pintu. Perlu anjing penjaga di depannya. Supaya, tidak sembarang orang bisa masuk menemuimu.  

Ini bukan surat cinta. Hanya pikiran random saya. Mungkinkah ternyata, surat cinta itu lahir dari perasaan random kita kepada seseorang?

Atau sebenarnya satu hal yang paling random dalam hidup itu: cinta.

Jawablah diam-diam di dalam hatimu saja.



Thursday, February 3, 2011

Surat Cinta #21: Untuk BEN

Hai Ben. 

Apa kabar kamu pas baca surat ini. Kulitmu tambah gelap. Matamu tambah cekung. Masih sering pergi duduk di bangku taman, menunggu sore atau menunggu aku. 

Ah Ben. Hari-hari ini aku begitu sibuk. Aku nyaris melewatkan sore hampir setiap harinya. Tak ada waktu untuk menyapa. Tak ada waktu untuk menyentuh pipi sore. Ada rasa kangen juga. Tapi begitulah, aku terlalu sibuk. 

Aku ingin peluk kamu Ben. Supaya lelahku hilang. Aku ingin cerita lagi lama-lama di pundakmu di bangku taman itu lagi. Ketika aku menulis ini aku berpikir bahwa, kadang aku hanya butuh pelukan. Bukan ciuman. Hanya ingin merasakan degup jantungmu. Hanya ingin merasakan hangatmu. Hanya ingin menangis sekencangnya-kencangnya. Hanya ingin mengeluarkan segala penat di hati ini. 

Lalu bibirmu, cium sedikit saja. Tapi peluk aku yang lama. 

Sabar sedikit lagi ya Ben. Segera, setelah aku menyelesaikan semua urusan-urusanku. Kita harus bertemu. Kita harus duduk lagi di bangku taman itu. Ya, aku memang ingin merayakan sore bersamamu. 

Hari ini aku melihatmu Ben. Kamu sendirian. Kamu kelihatan kurus. Aku tak berani menyapamu. Aku tidak bisa. 


Maafkan aku ya Ben.




weheartit

Walau begitu, kamu harus tahu ini -- aku kangen merayakan tatapanmu. Walau kini kamu tak bisa membalas tatapanku lagi.

Aku di rerumputan, di bangku taman itu Ben. Duduk persis di sampingmu. Melihat begitu banyak kesedihan di matamu.


Aku mulai menangis pelan. Bahuku mulai berguncang-guncang. Kamu tidak juga menyadarinya. Bau rumput menyengat di hidungku. Suara adzan di kejauhan. Kamu pulang. Langkahmu lunglai berjalan pelan.


Aku masih setia duduk di bangku taman itu. 


Menunggu. 







Elana. 





Wednesday, February 2, 2011

Surat Cinta #20: (Balasan Surat Cinta) Untuk Miany


#18 kepada kamu ( yang mengaku ) pacarnya hujan
teruntuk Theoresia Rumthe ( @perempuansore )


ketika mengetahui bahwa #18 adalah surat cinta kepada personal di twitter ( sebenarnya aku kesal, karna sudah membuat surat cinta yang siap dipost untuk #18, dan masih menggangap tema tema dalam surat tertentu itu konyol dan ngga asik walau akhirnya aku turuti juga ) yang menurut masing - masing adalah orang yang berpengaruh atau timeline nya selalu menarik untuk dibaca, tentu saja aku langsung memikirkanmu.memangnya siapa lagi? tiffie sembiring? hakh!
siapa sih kamu sebenarnya?
selain perempuan eksotis berambut keriting panjang menawan?
kenapa seakan kamu bisa membaca pikiran ku, padahal kan kita ngga kenal.
apa kamu mata - mata yang dikirim oleh seseorang disana? tentu saja aku berani menuduhmu, karna hampir setiap posting mu di twitter bahkan di blog mu, aku merasa kau menulis tentang aku. tentang kecintaan pada hujan, petang, tentang perasaan mu pada nya, yang dalam versi mu dia itu Ben. biar ngga ketahuan, huh?
Darimana kamu mendapatkan kata kata sederhana yang begitu indah tapi ngga pernah terpikir untuk berkata sesederhana itu, dan setiap membaca nya yang terpikir selalu " aahh..... " .tapi juga nga cuma si " ahhh" yang keluar, sesuatu yang hangat juga sering terasa bergulir di pipi. setiap kata yang terbentuk di kalimatmu seperti serbuk sihir.
dan kata - kata mu yang paling aku ingat " kebahagiaan adalah tidur dengan bantal yang basah dengan air liur, bukan air mata " aku belum bisa nih nemuin kebahagiaan itu. doakan aku ya.
Terakhir, aku perempuan yang sangat normal, aku berdebar melihat pria apalagi yang jangkung dan pandai mengeluarkan melodi dari alat musiknya, tapi aku mo bilang, aku mencintaimu ( pemikiran mu, penampilan mu, kata - katamu, kalimat mu, dan semuanya ), perempuan sore.


with Love.
Theresia Miany 
(lihat, nama depan kita aja hampir sama :) )


****

Hai. Hm, kepada kamu pemilik akun twitter @berhentidi18, kira-kira saya harus panggil kamu siapa ya? Miany kah, begitu kamu dipanggil. Terharu sekali saya baca surat dari kamu sayang :(((

Terus terang saya bukan siapa-siapa. Saya hanya perempuan biasa-biasa saja yang suka sekali wara-wiri kesana kemari, paling tidak suka diam, lalu kadang saya menulis. Terima kasih karena kamu sudah memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap tulisan saya. 

Itu membuat saya merasa berharga.

Saya serius Miany. Mungkin kita memang belum pernah bertemu, bahkan kita juga bisa dibilang jarang berinteraksi lewat twitter. Tapi membaca suratmu membuat saya merenungi suatu hal: bahkan hal kecil-pun bisa menyentuh orang lain.

Suratmu begitu menyentuh saya. Saya membacanya ketika pulang dalam kondisi fisik dan hati yang begitu lelah sepanjang hari itu, lalu menemukan kesegaran ketika saya membaca suratmu. Seperti ada sesuatu yang dilepaskan.

Ah, kamu dapat salam dari Ben. Ben bilang terima kasih kalau kamu juga sudah sempat menyinggungnya di suratmu sedikit. Lalu hujan ceria sekali, ia loncat-loncat ketika tahu akhirnya ada yang menulis surat cinta kepada pacarnya :D

Lalu soal kutipan itu: " kebahagiaan adalah tidur dengan bantal yang basah dengan air liur, bukan air mata " sebenarnya saya menulis ini, karena waktu itu saya lagi sering menangis di atas bantal. Ini posisi favorit saya kalau menangis. Jangan ketawa, plisss...

Begitulah saya, hanya perempuan biasa-biasa yang mudah jatuh cinta terhadap hal-hal sederhana. Mudah sentimentil. Dalam sekejap juga bisa tertawa-tawa seperti orang gila. Saya suka sekali merayakan perasaan saya dengan cara menuliskannya.

Begitupun kamu bukan? itulah yang membuat kamu bisa menulis dan membuat saya tersentuh ketika membacanya.

Terima kasih Miany. Tetap menulis. Tetap jujur. Tetap menyentuh dengan hal-hal yang kecil. 

Salam kenal dan peluk sayang dari saya,

The.


Tuesday, February 1, 2011

Surat Cinta #19: Untuk Hati yang Luka

Mau taruh setiap hati yang luka ke dalam tanganMu. Pulihkan atau hancurkan sekalian, lalu bentuk yang baru.

Hai, hati yang luka. Saya tidak akan mengabaikanmu. Saya akan memelukmu, membalutmu, merawatmu sampai kamu sembuh.

Kalau hatimu luka, mungkin artinya ia sedang beranjak dewasa. Biarkan ia luka, biarkan ia dewasa.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, mungkin ia juga akan mens pertama, tumbuh jerawat. Ia tidak kanak-kanak lagi.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, ia mulai naksir-naksiran, punya pacar pertama, punya ciuman pertama.

Kalau hati sedang beranjak dewasa, ia gampang luka, ia gampang patah. Tapi dengan proses itu, ia akan tumbuh mejadi hati yang kuat.

Kalau hatimu luka, ia sedang belajar untuk menjadi kuat.

Kalau hatimu patah, ia sedang belajar untuk menopang lebih tangguh.

Kalau hatimu luka, mencintailah lebih banyak. Lebih penuh..


weheartit

Hallo, hati yang luka. Kita akan melewati ini bersama. Tenanglah, kamu tidak sendirian. 

Mari bergandengan tangan.


Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...