Wednesday, December 30, 2009

Hujan Pakai Payung

*bulan pakai payong
teteruga batalor
nona dari Ambong
datang kaweng deng katong


Bulan sudah tak perlu payung. Ia jera. Pakai payung terus membuatnya selalu pucat, karena ia tak pernah terkena sinar matahari.

Kali ini hujan yang perlu payung. Kenapa? Karena hujan gampang sakit kepala. Di lapangan tampak anak-anak itik menggoyangkan pantatnya, biarkan saja, mereka kan anak-anak, masih tak malu menggoyang pantat. Lumayan juga ada hiburan. Begitu pikir hujan.

Hujan dan sakit kepala. Jarang-jarang teman. Biasanya hujan yang ‘menyakiti’ kepala orang-orang. Lewat jari-jari mungilnya. Apalagi kalau kondisi sedang tidak fit. Berhati-hatilah. Dan sekarang hujanlah yang justru diperingati seperti itu, “hati-hati sakit kepala Jan, bawa payung di tasmu kalau mau pergi-pergi ya.” Begitu ia selalu di nasehati.

Kali ini, seperti biasa ia hendak keluar rumah. Berkunjung ke daerah Surapati Core. Mengangguku siaran katanya. Kurang ajar. Baru juga siaran satu jam, pemancar sudah dimatiin. Huh, kesal juga aku.

Benar saja, hujan tak main-main. Ia betul-betul datang dan mengangguku. Kali ini ia pakai payung. Payungnya warna-warni. Ada kilatan emas di pinggir-pinggirnya. “Awas, jangan dekat-dekat, nanti kamu kesetrum manis” teriaknya memperingatiku.

Aku kaget karena ternyata payungnya adalah petir.

“Tumben, kamu pakai payung?”

“Iya nih, lagi gampang sakit kepala.”

“Kalau sakit kepala, yah minum obat, terus tidur, bukannya keluyuran” kataku ketus.

“Kamu tambah manis, kalau marah-marah begitu” katanya santai.

Hujan tersenyum simpul. Rambutnya acak-acakan, seperti baru bangun tidur. Kali ini tak pakai sepatu, ia pakai sandal jepit. Memperlihatkan jari-jari kakinya yang panjang-panjang.

“Betismu sexy juga yah” aku menggodanya.

Dia tersenyum lagi.

“Aku kangen kamu, pingin dengar kamu siaran. Puterin aku lagu Umbrella yah, sama Raincoat-nya Kelly Sweet.”

“Pemancarnya mati tahuuuuu, gara-gara kamu nih. Pake payung petir segala” kataku sambil menoyor kepalanya ringan.

“Kalau gitu bernyanyilah untukku, pliissss…”

“Kalau aku nyanyi, kamu main gitar, emang kamu bisa?”

“hihihi, engga. “

Sepanjang siang sampai sore itu, aku melihatnya pakai payung. Payungnya masih warna-warni dengan kilatan emas di sekitarnya. Kalau bulan jera, pakai payung karena pucat. Hujan justru butuh payung petir, bukan karena sakit kepala. Tapi supaya kulit transparannya menyala-nyala tiap saat.

Bukan hanya untuk menyetrum, tapi juga disetrum.

“Hujaaannn, payungnya aku pinjem yah, buat nyetrum orang.”

hujan pake payong
teteruga batalor
nona dari Ambong
*jang takotang par kastrom


(2010)

*Lagu tradisional Maluku.
*Lirik diubah oleh penulis.

Hujan Pakai Sepatu Bola



Hujannya agak lengang kali ini. Tidak meriah. Tidak juga cerewet. Padahal biasanya, hujan suka menggodaku, menyentuh rambut keritingku, basahi pelipisku tipis-tipis, kecup pipiku hangat. Sepatunya juga bukan Lars. Tidak runcing seperti biasanya, agak mirip sepatu bola, kalau aku perhatikan.

“Mau ke mana?” sapaku hangat seperti biasa.

“Entah, berlari, atau main bola, mungkin … sama anak-anak yang lain.” balasnya sambil menerawang jauh.

“Eh Jan, aku mau tanya sesuatu, apa yang kamu lakukan kalau jatuh cinta ?”

“Hmmmm, aku menulis. Persis sepertimu. Bikin puisi. Kadang aku menulis namanya di aspal. Mengukir tanda LOVE di jendela kamarnya dengan ujung-ujung kakiku. Atau biasanya aku bernyanyi di atas genteng kamarnya. Sekali-kali, aku sengaja bernyanyi keras, supaya gentengnya bocor, dan aku bisa mengintip kamarnya. Mencium bau kamarnya”.

“Kamu nakal.” kataku dan kita berdua tertawa.

Lalu, kita diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Kamu tahu, kenapa hari ini aku pakai sepatu bola?” tanya hujan tiba-tiba padaku.

“Entah?” aku menggeleng perlahan.

“Dia sedang di lapangan, latihan kasti, dia bilang aku bisa mengikutinya kesana. Asal pakai sepatu bola. Katanya, dia bosan lihat aku pakai sepatu Lars terus. Juga supaya aku lebih lentur ketika mengejarnya. Alasku juga lebih empuk. Nggak bikin mukanya *pereus. Lagian, kali ini aku bisa menulis namanya besar-besar di lapangan itu.”

“Ya sudah sana pergi. Besok main lagi yah, Jan.” kataku kemudian.

“Baiklah manis, doakan aku, ssshhh, kamu mau tahu sesuatu lagi, sebenarnya sepatu bola ini agak kegedean. Aku jadi susah melangkah nih. Tapi, demi dia. Aku rela.”

Aku tersenyum. Punggung hujan kelihatan dari belakang. Ia lari miring-miring. Entah karena sepatunya yang kebesaran sampai ia tidak seimbang. Atau memang karena cinta, kadang bikin yang lurus jadi miring. Yang miring sengaja dilurus-lurusin.

Pantas saja, tadi kok lewat samping. Padahal biasanya ia ketok pintu depan dulu.


*Pereus : dari bahasa Sunda. Sampai saat saya menyelesaikan tulisan ini, nggak ada satu orang Sunda pun yang bisa mengartikannya dengan jelas. Mereka hanya memperagakan karet yang dijepret ke kulit saya. Ada yang bisa bantu?

Monday, December 28, 2009

c i n [t] a

kadang tidur di gereja
bermain di mushola

ketika Tuhan pun lupa
kalau Dia beragama

yah, suka suka Nya.

(23 Agustus 2009, 15:49)

Pengantin Yang Bodoh

gaunnya kesempitan sampai-sampai cintanya sendiri tak muat di dalamnya,
gulungan rambutnya bahkan belum sempat dicopot,
lipstik merahnya meleber kemana-mana.
bahkan ia lupa siapa pasangannya di altar,
disitu Tuhan hadir.
tapi ngorok di bangku gereja.

(10 Juli 2009, 14:59)

Tuesday, December 22, 2009

Surat Cinta Untuk Mama

Voor mama Ruth yang (lagi) di Samarinda:

dari kemarin aku ingat mama. ingat pertengkaran terakhir kita. sedih? iya. mama juga, kan? aku tahu mama pasti suka menangis diam-diam. karena kita sama. suka menangis diam-diam.

aku ingat foto aku lagi menangis di dalam kapal perjalanan ke Larat. di foto itu mama lagi gendong anak kecil keriting pake pelampung yang lagi menangis lebar-lebar. ah, mama tahu, aku ingin sekali jadi 'anak kecil itu' yang tidak malu menangis lebar-lebar.

mama itu selalu menjadi 'tukang dokumentasi' yang baik, untuk aku. foto-foto dari aku kecil sampai dewasa. tersusun dengan apik, di album-album itu. bahkan pertama kali aku pakai seragam TK sampai Mahasiswa, selalu tak lepas dari 'dokumentasimu'. mama selalu ada di waktu 'pertamaku'.

kalau masak, mungkin mama tak bisa. aku sendiri sampai heran, bagaimana mungkin? papa jatuh cinta padamu, padahal jaman itu, perut nomor satu. tapi untuk urusan rumah dan kamar rapih, aku tahu mama jagonya. bau seprei baru di kamar yang rapih, sampai menyiapkan kaos kaki yang matching untuk papa.

waktu kecil aku seringkali menangis, kalau mama dan papa akan kembali tugas di luar kota. mama tahu, aku kadang menangis diam-diam, di kamar mandi. aku sedih sekali, kalau harus dititipkan lagi ke oma atau tante. dan aku ingat sekali, waktu itu mama gendong aku sambil usap-usap rambut terus bilang "perginya ngga akan lama kok" padahal selepas itu, kadang aku masih suka menangis diam-diam.

kalau mama pulang tugas, aku pasti akan memilih untuk tidur bersamamu ketimbang tidur di kamarku sendiri. kenapa? aku suka saja menyentuhmu, aku suka mencium baumu, aku suka memeluk perutmu ketika tidur, karena aku suka hangatmu. mama itu hangat. mama pikir, kira-kira sifat supel yang aku punya sekarang, itu menurun dari mana? kalau bukan dari mama.

(terakhir kali mama ke Bandung, aku juga masih melakukannya, betul? dan akan selalu kangen baumu)

aku ingat pertama kali beli beha, itu juga sama mama. dan aku ingat aku menangis (lagi) karena 'harus' pake beha. anak yang aneh sekali aku ini. entahlah. mungkin itu masalah perubahan. dan ketika aku berubah ada mama disana.

sajak pertama kali yang aku bacakan untuk natal pun, ada mama disana. waktu itu umurku berapa ma? mungkin sekitar 4 tahun, dengan baju putih renda-renda, dan ditemani lilin di tangan kiriku. waktu itu juga dibantu sama mama kan? terimakasih sudah diajarkan berani sejak kecil.

sekitar umur 10 atau 12 aku lupa, tapi selalu saja ada kesempatan buatku untuk menyanyi di depan umum. padahal waktu itu aku masih malu-malu. tapi ada mama juga disana, yang selalu kasih kesempatan untuk 'tampil'. coba kalau tidak? pasti sampai sekarang aku terus malu-malu, dan 'harta karunku' terus tersembunyi. semuanya berkat mama.

bahkan mama waktu itu tidak marah, ketika kelas 3 SD, aku bahkan sudah berani memalsukan tanda tanganmu sendiri di raporku, karena ada beberapa nilai yang merah. ah, aku takut sekali waktu itu. tapi mama juga kan, yang tidak pernah absen atau bosan, mengambil rapor ke sekolah. aku tahu di hati mama yang paling dalam, mama sayang sekali denganku. walau kadang di raporku banyak nilai merahnya.

di doa pagimu selalu ada: aku. itu yang bikin aku aman, dan selalu baik-baik walau kita jauh.

aku ingat kalau mama, kadang tak punya waktu untuk ngobrol berdua denganku. sebagai seorang penulis khotbah yang baik. mama selalu tenggelam dengan buku-buku, mesin tik, kacamata yang melorot, dan kerut-kerut di sekitar matamu. aku juga tak mengerti, mengapa aku selalu iri dengan semua kesibukanmu itu. tapi akhirnya aku tahu betapa berdedikasinya dirimu pada pekerjaanmu. dan secara tidak langsung, aku juga belajar untuk berdedikasi pada apapun yang aku lakukan sekarang.

ya! sekarang aku memutuskan untuk tinggal di Bandung. padahal kemarin-kemarin aku tahu, kita berdua sempat ribut soal itu. aku masih ingat obrolan kita di 'teras belakang' dan suaraku meninggi. karena aku merasa, aku sudah menemukan jalanku sendiri. terus terang, bukan karena aku tidak mau menemani kalian berdua. hanya saja, bukankah semangat rantau itu yang ditanamkan sejak kecil. bukankah keberanian untuk menggapai sesuatu yang justru diajarkan.

dan kalau aku tidak mau pulang. bukan karena aku tidak sayang. bukan. aku tahu mama kangen dengan anak bungsu, putingbeliungmu ini, tapi biarkanlah aku berkarya. jerih 'penulis khotbah' dengan gaji kecilmu itu tidak akan aku lupa. itu yang menghidupi aku. itu yang selalu buat aku penuh. nilai-nilai luhurmu sebagai seorang ibu, yang buat aku kuat. memikirkanmu sering membuatku menangis diam-diam, beberapa minggu terakhir ini.

jadi izinkanlah 'si bontotmu' ini di luar dan berkarya.

ma, kita bisa tetap jauh tapi saling sayang, kan?

"jadi jang mara beta, karena sampai kapanpun mama tetap jadi beta pung mama. seng ada yang bisa ganti. dan beta seng mau ganti. beta sayang mama"

Peluk mama.

(Awal Nov 2009)

Friday, December 18, 2009

Mengeja Cinta

mengeja cinta. pelan-pelan saja.

biarkan lekuk hurufnya menari di ujung bibirmu dulu
sebelum getarnya mengoyakkan langit-langit mulutmu
hanyut dalam kerongkonganmu
larut di nadimu. keluar lewat air matamu.

mengeja cinta. kadang butuh luka.

(18 Des 2009, 13:36)

Thursday, December 17, 2009

Untuk: si bungamatahari

senyum bunga matahari
kadang membuat rindu kadang meresahkan
kadang membingungkan
ada apa di balik senyuman itu?

kumbang bertanya
hasrat untuk menghisap madu
sudah sampai ke ubun-ubun
ingin hati memeluk
hanya saja
tertahan

bunga dan kumbang
sama-sama membutuhkan
bunga yang cantik dengan sari yang manis
kumbang jantan tergoda untuk mencium

apa yang sedang dicari si bunga matahari?
adakah yang bisa menjawab?
si kumbang kah?
atau matahari yang sebenarnya?

dua-duanya memberikan kehidupan

dan kenapa juga namanya si bunga matahari
jika ia hanya mencari kumbang
ia akan kering dan mati

tapi matahari yang sebenarnya akan terus memberikannya kehangatan dan kehidupan

kasihan si bunga matahari
sekarang ia tersenyum kecut
memilih antara si kumbang ataukah mataharinya?

Arah Angin

kadang angin punya arah
ia tak sembarangan tertiup
atau meniupkan dirinya

semut juga tak pernah sembarangan berjalan
mereka selalu punya arah kemana kaki melangkah

perhatikan kumbang di taman yang tak sembarangan mengisap madunya
ia bahkan memilih bunga untuk dihisap sarinya

dan

pohon tidak sembarangan tumbuh
mereka selalu ada di tanah yang subur
untuk meneduhkan sekitarnya

Monday, December 14, 2009

Jalan Braga

daundaun kuning berputarputar di aspal
menari dengan angin

menunggu hujan rapuh
menunggu sunyi pecah.

daundaun kuning berputarputar di aspal
menari dalam duri.



(14 Des 2009, 12:53)

Thursday, December 3, 2009

oh kekasihku: andai saja

malam-malam itu lebih lama
aku mau jadi polo shirt putih belelmu
yang selalu kau pakai
tipis takkan buatmu gerah
memeluk dinginnya hatimu
mendengarkan resah jantungmu
menyatu dengan wangi tubuhmu
menyentuhmu kapan saja. sesukaku.

andai saja.

(4 Agustus 2009, 09:53)

Bercinta

semalam kita bercinta
sampai lupa diri
bulan pun menutup mata
bintang mengungsikan sinarnya
bahkan Tuhan pun purapura buta
sampai pagi tiba
matahari pun menyapa

"ayo bercinta lagi"

(7 Mei 2009, 13:59)
Kepada yts, Glorify The Lord Ensemble :

awal kita bertemu
waktu di jogja hampir lima tahun yang lalu
kau pakai hitamhitam senandungkan lagu
; always, disitu hatiku termangu

kau itu bukan hanya paduan suara
bagiku kau rumah kedua
tempatku berbagi duka
mengharum suka

kau itu pelipur lara
darimu ku belajar kecewa
tapi juga tertawa
berkatmu tak terhingga

kemarin kau bertambah usia
maaf, aku belum bisa kasih apa
semalaman kita hanya menangis bersama
terduduk diam berpelukan lama

air matamu tak sempat kuseka
linangannya menyurut kenangan lama
betapa aku cinta, dirimu, dan diriNya
maka pelanpelan kuhanya berdoa

untukmu di usia remaja
usia jerawat di muka
usia jatuh cinta pertama
masih muda tapi kau cepat sekali dewasa

bernyanyilah terus; untuk kesembuhan
biar yang terbeban dilepaskan
yang tercerai disatukan
yang sakit disembuhkan

sekali lagi selamat bertambah usia
semoga kita selalu bersama
dan ingat kita tak akan pernah tua
sampai kelak memerintah bersama !

(11 Mei 2009, 16:05)
: Untuk Hera Grahadisetya

perempuan di balik sweter biru bertahuntahun lalu
malammalam doa kaliurang sampai emperan hotel ambarrukmo
molor tak jelas sampai ngobrol soal cinta
kau teh hangatku selalu bikin rindu
meminummu buatku nyaman seperti dipeluk

ku selalu bilang bertahuntahun lalu
:kau akan bikin anak-anakmu nyaman di dadamu yang empuk itu
kau kokoh seperti betismu yang selalu jadi favoritku
dan tak ada yang lebih manis dari tulisan ini selain persahabatan kita
selamat ulang tahun, hera!

(8 Juni 2009, 13:26)

Tuhan Tak Pernah Terlalu Sibuk

Ia pun tak punya jadwal khusus
juga tak pernah menganggur
hari ini Ia mengunjungi gadisNya
mereka bicara lama sekali tentang
: kehilangan
Ia mendengarkan serius sekali
kadang mengerutkan alisNya
mengangguk angguk
memainkan ikal rambut si gadis
kemudian berbisik perlahan
: hari ini Aku datang
hanya untuk menyeka air matamu

(8 Juni 2009, 20:44)

Putus

kadang cinta datang untuk pergi
mirip hujan sore ini satusatu basahi pipi
peluk ciummu tertinggal di dahandahan cemara

(2009)

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...